Jembatan Agathis tunjang arus mobilitas kampung

Sejak dioperasikan Mei 2020 lalu, Jembatan Agathis menjawab kebutuhan akan prasarana transportasi masyarakat di dua perkampungan di Kecamatan Sambaliung, yakni Kampung Tumbit Dayak dan Long Lanuk. Terutama penunjang arus mobilitas ekonomi.

Sebelum dibangun jembatan, warga setempat sangat mengandalkan perahu ketinting untuk menyeberangi sungai. Pun alternatif lain, melalui jalur hauling perusahaan pertambangan batu bara yang beroperasi di wilayah tersebut.
Jalur hauling merupakan akses khusus transportasi batu bara yang memiliki risiko bahaya tinggi. Apalagi, dimanfaatkan warga sebagai akses mobilitas.

Untuk menjauhkan risiko, tepatnya Juli 2019, jembatan yang menyebrangi Sungai Kelay sepanjang 120 meter dibangun melalui realisasi Corporate Sosial Responsibility (CSR) PT Berau Coal. Pembangunan tersebut, bentuk komitmen tinggi perusahaan dalam menjaga keselamatan warga.

Komitmen itu, selaras dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) Nomor 77K/90/MEM/2019 tentang Objek Vital Nasional (Obvitnas) dan Kepmen ESDM Nomor 1827K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik.

Kepala Dinas Perhubungan Berau, Abdurrahman menyampaikan, jika pembangunan jembatan Agathis di Kampung Tumbit Dayak menjadi solusi bersama. Pasalnya, selama ini masyarakat menggunakan jalur hauling perusahaan yang dapat membahayakan keamanan dan keselamatan masyarakat.

“Dengan adanya jembatan ini, memberikan dampak positif kepada masyarakat di sana, terutama dalam hal kelancaran arus lalu lintas. Agar masyarakat tidak lagi membahayakan diri melintasi jalur hauling,” tuturnya.

Ia menambahkan, kelancaran arus lalu lintas distribusi barang dan jasa bagi masyarakat sekitar jembatan, dapat mendorong geliat perekonomian.

“Ini tentu akan semakin memudahkan masyarakat dalam distribusi barang dan jasa. Sebab, sebelumnya warga mengalami kesulitan dalam hal transportasi, terutama kendala membawa hasil panen dalam jumlah besar menggunakan ketinting berukuran kecil untuk melintasi sungai. Bahkan, sebagian warga terpaksa menghadapi bahaya dengan melintasi jalur hauling batu bara,” tambahnya.

Untuk itu, ia berharap masyarakat juga berkomitmen untuk tidak lagi melintas di jalur hauling. Namun memanfaatkan jembatan yang sudah dibangun tersebut.

“Jadi, saya minta warga tidak lagi melintas di jalur hauling perusahaan, karena membahayakan,” pintanya. (*/LFF)

Sumber: Portalberau