BERAU COAL (4)

ANTUSIAS: Kelompok Tani Sei Mangkajang serius mendengarkan penjelasan cara okulasi yang benar dari Yanto dan Januri, anggota kelompok tani Harapan Makmur, sekaligus pengelola kebun entres karet.
Berbagi Pengetahuan Demi Ciptakan Komoditas Karet Unggulan Berau
Ajarkan Cara Okulasi dan Penyemaian

SAMBALIUNG – Kebun karet entres di Tanjung Perangat Kecamatan Sambaliung kedatangan 8 anggota dari kelompok tani Sei Mangkajang, yang melakukan studi banding tanaman karet, Senin (2/3) lalu.

Studi banding yang digagas kali ini bertujuan untuk berbagi pengetahuan dengan petani dari kelompok lain di Kabupaten Berau, agar bisa membudidayakan tanaman karet, yang harapannya menjadi komoditas unggulan daerah.

“Ya, apalagi kita kemarin mendapat bantuan dari Dinas Kehutanan sekitar 70.000 bibit, dengan area yang bisa digarap seluas 150 hektar, jadi mubazir kalau tidak kita manfaatkan dengan benar,” jelas Mujiono, Ketua Kelompok Tani Sei Mangkajang.
Walaupun hujan deras, dan karena keingintahuan yang besar dari anggota kelompok tani Sei Makajang, mereka tak melewatkan sedikitpun penjelasan yang diberikan oleh Januri dan Yanto, anggota kelompok tani Harapan Makmur, yang juga bertanggungjawab mengelola kebun entres karet di kampung Tanjung Perangat, Sambaliung.

Membuka studi banding, Januri menjelaskan secara detil teknik okulasi yang didapatkannya dari pelatihan di Getas 2011 lalu. Okulasi merupakan teknik meningkatkan mutu tumbuhan, dengan cara menempelkan sepotong kulit pohon yg bermata tunas dari batang atas, pada suatu irisan dari kulit pohon lain, dari batang bawah sehingga tumbuh bersatu menjadi tanaman yang baru.

Secara bergantian masing-masing anggota dari kelompok tani Sei Mangkajang, mencoba melakukan okulasi sesuai dengan step-step yang diajarkan.
“Susah sih, karena cara mengiris kulit pohon karet yang akan diokulasi juga tidak bisa asal, pisaunya juga harus khusus, dan kalau salah posisi memegang pisaunya, bisa-bisa jari tangan yang jadi sasaran arah potongan pisau,” terang Januri memberikan warning, ketika akan memulai okulasi.
Selain mengajarkan cara mengiris kulit pohon karet, cara pengambilan mata tunas, juga menjadi salah satu bagian dari pelatihan.

“Ternyata tak semudah yang dibayangkan, apalagi ini baru pertama kalinya saya dan teman-teman dari kelompok tani Sei Mangkajang mendapatkan pelatihan okulasi, selain menambah pengalaman, juga menambah ilmu lagi,” ungkap Mujiono.

Setelah puas mencoba cara pembuatan jendela di batang pohon karet, pengambilan mata tunas, hingga penempelan okulasi, dilanjutkan dengan berkeliling kebun karet, dan melihat tempat penyemaian.

Sebelum mengakhiri pelatihan, setiap anggota kelompk tani Sei Mangkajang melakukan okulasi di masing-masing pohon karet yang sudah disediakan.
“Nanti kita lihat berapa banyak pohon yang sukses diokulasi kelompok tani ini, sama seperti kelompok sebelumnya yang juga melakukan studi banding ke sini,” jelas Yanto, penanggungjawab lainnya di kebun entres karet tersebut.

Mujiono sangat mengapresiasi kegiatan studi banding yang diadakan PT Berau Coal ini. Pasalnya, ia juga sempat mengajukan permohonan ke PT Berau Coal agar memberikan pelatihan cara penanaman dan budidaya tanaman karet yang benar.

“Kita yang mengajukan, dan langsung disambut positif oleh PT Berau Coal, kami sangat berterimakasih, dan setelah ini di Mangkajang akan ada tanaman karet, yang sebelumnya tidak pernah dicoba ditanam, karena posisi daerahnya yang berbatu,” tegasnya.

Apalagi dengan semakin dominannya tanaman karet yang dibudidayakan secara luas di Kabupaten Berau, menjadi motivasi lain yang menambah semangat para anggota kelompok tani Sei Mangkajang. (mel/app)