Para peserta dari Kampung Inaran saat mengikuti pelatihan budidaya lebah madu kelulut, program dampingan PPM PT Berau Coal, kemarin (23/12).

Berau Coal Gelar Pelatihan Budidaya Lebah Madu Kelulut

Warga Kampung Inaran mengikuti pelatihan budidaya lebah madu kelulut, program dampingan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) PT Berau Coal, kemarin (23/12) di Kampung Limunjan, Sambaliung.

Kepala Kampung Inaran, Amirullah mengaku masih sangat awam bagi warga dikampungnya tentang budidaya madu kelulut tersebut. Sehingga pelatihan ini menjadi pertama kalinya diadakan untuk warga di kampungnya. Dari pelatihan ini juga dirinya berharap bisa diimplementasikan di Kampung Inaran.

“Potensinya tentu sama, sehingga ke depan bisa menjadi nilai tambah penghasilan warga setempat,” ujar Amirullah.

Karena selama ini warganya hanya mengandalkan potensi alam seperti madu sengat yang biasa bersarang di pohon bangeris. Sehingga pelatihan ini tentu bermanfaat bagi masyarakat setempat. Apalagi untuk di luar daerah sendiri madu ini menjadi komoditi andalan. “Mudah-mudahan pengetahuan yang didapat dari kegiatan ini bisa dibawa ke kampung,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Amirullah menyampaikan terima kasih kepada PT Berau Coal dan Yayasan Dharma Bhakti Berau Coal atas terselenggaranya pelatihan budidaya madu kelulut ini. “Kami sangat berterima kasih sekali ada pelatihan seperti ini. Karena selama ini petani kita memanjat pohon untuk mendapatkan madu. Jadi dengan pelatihan ini, bisa dikembangkan di Kampung Inaran ke depannya,” tuturnya.

Samsul, salah seorang pembudidaya madu kelulut di Kampung Limunjan menjadi pemateri sekaligus mempraktekkan proses tahapan budidaya lebah madu kelulut ini. Namun sebelum itu Ia menyampaikan secara singkat teori atau pengenalan tentang madu kelulut kepada peserta pelatihan.

Menurutnya, madu kelulut ini dinilai sudah mulai menjadi salah satu sumber penghasilannya. Bagi Samsul sendiri sudah merasakan manfaatnya. Terlebih hasil yang diperoleh dari budidaya madu kelulut ini mencapai puluhan juta rupiah. Dengan jumlah sekitar 40 perangkap.

“Produksi madu saya sudah bisa sampai 30 liter, dengan harga jual yang dipatok  Rp 600 ribu. Panennya kadang sampai 2-3 bulan sekali panen. Jadi dikalikan saja harga jualnya, saya bisa peroleh keuntungan sekitar Rp 18 juta sekali panen,” terang Samsul.

Sementara, Community Base Development Manager PT Berau Coal, Hikmawaty menjelaskan, Berau Coal melalui Yayasan Dharma Bhakti Berau Coal memberikan pengetahuan, juga keterampilan kepada masyarakat di wilayah lingkar tambang. Kemudian bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan.

“Mungkin sempat mendapat informasi bahwa budidaya bisa dilakukan di rumah, risikonya juga kecil. Dibanding budidaya di hutan, risiko lebih tinggi pastinya,” jelas Hikmawaty.

Selain itu, pihaknya sangat mendorong kampung-kampung yang dinilai mempunyai potensi untuk dilatih. Karena saat ini pola pikir masyarakat saat ini sudah ke arah yang lebih sehat. Pengennya itu makanan yang sehat, termasuk madu. Potensi pasarnya juga cukup baik, makanya diarahkan beberapa kampung untuk dilakukan budidaya madu ini.

“Harapannya proses pelatihan ini bisa  diikuti dengan selesai. Karena akan lebih banyak praktiknya, agar bisa diimplementasikan di kampung setempat,” jelas Hikmawaty.

Menurutnya, dibutuhkan komitmen dan konsisten dalam budidaya madu ini. Karena hal yang menjadi tugas berat bagi peserta pelatihan adalah setelah pelatihan ini bagaimana tindaklanjutnya.

“Jadi harapannya para peserta pelatihan yang mengikuti bisa melakukan perencanaan tindaklanjutnya. Agar tidak sampai di pelatihan ini saja,” harapnya. (*/IQB)

Sumber: Berau.prokal.co, 24 Desember 2021