Nicolas Jumin, petani kakao asal Kampung Suaran, Kecamatan Sambaliung, saat menunjukkan buah kakao berkualitas tinggi hasil kebunnya.

Para petani sedang gencar-gencarnya memaksimalkan potensi perkebunan kakao di Kabupaten Berau. Salah satunya Nicolas Jumin, seorang petani kakao asal Kampung Suaran, Kecamatan Sambaliung, yang juga kini bersemangat mengembangkan tanaman kakao di kebunnya.

NICOLAS mulai menggeluti pekerjaannya sebagai petani kakao sudah sejak tahun 2005. Kakao dianggapnya sebagai penopang ekonomi demi kesejahteraan keluarganya. Nicolas nekat mengembangkan kakao di kebunnya secara perorangan, dengan hanya bermodalkan semangat dan tekad yang kuat serta percaya diri yang tinggi. 

“Ceritanya waktu itu hanya modal nekat saja, sambil nanya-nanya ke teman-teman yang sudah duluan menanam,” ujarnya saat ditemui di kebun kakao miliknya, kemarin (23/3). 

Meski demikian, berbagai macam kendala dan kesulitan pun tak terhindarkan ketika dirinya baru menanam kakao. Mulai  dari segi pemeliharaan, serta bagaimana perlakuan terhadap kakao sebelum dan sesudah panen. Selain itu, bagaimana cara mengantisipasi berbagai penyakit dan hama yang menyerang. Itu semua juga masih belum dipelajarinya betul cara mengatasinya. Termasuk pemilihan pupuk yang baik untuk pertumbuhan biji kakao.  

“Saat itu belum tahu persis bagaimana  cara untuk bisa menghasilkan biji kakao berkualitas baik,” katanya. 

Bahkan diakuinya, dulu ketika setiap panen tiba, satu pohon kakao di kebunnya rata-rata paling banyak hanya menghasilkan 30 buah saja. Hasil itu memang menurutnya masih terbilang sedikit dari seharusnya. 

Namun, Nicolas meyakini, kalau kakao ini  sesuai dengan kebutuhan pasar. Menurutnya, kakao menjadi pilihan para petani, karena memiliki peluang yang cukup baik.

“Maka dari  itu saya tetap berusaha konsisten untuk membudidayakan kakao ini, meski yang dihasilkan awalnya tidak seberapa,” tuturnya. 

Seiring berjalannya waktu, serta proses panjang yang telah dilaluinya, buah hasil kerja Nicolas pun kini dirasakannya sudah berdampak lebih baik dari sebelumnya. Tak lain berkat program pendampingan dari PT Berau Coal kepada para petani kakao di Suaran. Perubahan yang nampak terlihat jelas, yakni pada jumlah kakao yang dihasilkannya kini. 

“Dibandingkan dulu, sekarang per pohonnya sudah bisa menghasilkan 300 buah kakao,” bebernya. 

Dijelaskannya, sejak hadirnya PT Berau Coal pada tahun 2010 lalu, petani  kakao di Suaran sangat dicerahkan dengan berbagai pengetahuan yang diterapkan kepada para petani. Salah satunya adalah bimbingan secara rutin setiap bulan. Tim PT Berau Coal memberikan arahan kepada petani, tentang pemeliharaan, perlakuan, sampai kepada masa panen.

“Banyak ilmu pengetahuan yang kami pelajari. Mulai dari tata cara budidaya kakao, serta pelatihan mengelola kebun kakao diberikan oleh PT Berau Coal,” tuturnya. 

Kata Nicolas, penerapan ilmu yang paling dirasa sangat mempengaruhi buah yang dihasilkan dalam menanam kakao, yakni metode tempel atau stek. Karena, dibanding dulu dirinya menanam kakao tanpa menggunakan metode tempal buahnya tak sebanyak sekarang. 

“Itu sudah pernah dihitung. Tidak hanya menambah jumlah buah, tetapi juga menambah kualitas buah, serta biji kakao yang dihasilkan juga lebih padat,” ungkapnya. 

“Kalau kita mempertahankan perlakuan dengan cara yang lama, tidak akan maksimal buahnya,” sambungnya.

Bahkan disebutnya, para petani kini  sudah membentuk beberapa kelompok tani, yang mana sejak 2005 lalu belum ada satupun kelompok tani kakao di Suaran. Hingga sekarang sudah terdapat tiga kelompok tani di sana, yakni Kelompok Tani Mekar Jaya I, Kelompok Tani Mekar Jaya II, dan Kelompok Tani Mekar Jaya III. 

Diakuinya, sejak masuknya Berau Coal mendampingi petani kakao di Suaran, membuat perubahan kepada petani di sana. Bahkan diuntungkan. Misalnya, mendapatkan bimbingan gratis, bantuan seperti pupuk, dan bahan antisipasi hama dan penyakit kakao. 

“Petani juga mendapatkan harga yang layak sesuai dengan kualitas buah dan biji. Apalagi pasarnya kami dibantu oleh Berau Coal juga. Hasilnya sangat memuaskan,” tutur Nicolas.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Berau, Lita Handini menambahkan, di samping memberikan pendampingan, PT Berau Coal ini juga terus mengembangkan program Berau Cocoa yang bekerja sama dengan Dinas Perkebunan dalam hal menyerap hasil produksi masyarakat.

Karena seperti yang ditemui di lapangan bahwa masyarakat maupun para petani tidak bisa mengolah menangani pasca panen sesuai mutu yang diinginkan pasar. Sehingga bekerjasama dengan PT Berau Coal mereka (petani) menerima kakao basah dan diproses pasca panennya di pabrik Berau Cocoa milik Berau Coal, dengan teknologi tertentu sesuai dengan keinginan. 

“Sehingga standar mutunya terjamin dan harga jualnya tentu lebih meningkat,” kata Lita. 

Tentu saja, hal itu menurutnya memberikan dampak yang lebih kepada petani kakao. Karena ada hasil jual yang meningkat dan tentunya kesejahteraan masyarakat ikut meningkat. Itu tak lain karena adanya pendampingan dari PT Berau Coal yang secara konsisten dan terus berkomitmen membantu masyarakat. 

“Karena selama ini Berau Cocoa hanya menjual dalam bentuk bahan baku, jadi harapan bupati juga bisa menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi yang bisa langsung dipasarkan di Berau untuk mendukung pariwisata. Tentu akan kita koordinasikan lagi bersama Berau Coal agar keinginan itu bisa terealisasi,” bebernya. 

Terpisah, Head of Cacao Business Unit PT Berau Coal, Muhammad Khodim, menerangkan Berau Cocoa yang merupakan bagian dari program CSR PT Berau Coal konsisten mendampingi petani dengan berkolaborasi dengan beberapa pihak. Salah satunya dari Dinas Perkebunan, baik di Kabupaten Berau maupun di Provinsi Kaltim.

Bukan hanya itu, beberapa pihak juga digandeng di luar Kaltim. Salah satunya Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) di Jember yang memberikan rekomendasi bibit kakao unggul. 

“Sehingga dari proses pemilihan bibit penanaman, juga ada proses pendampingan supervisi bagaimana melakukan penanaman kebun kakao yang baik,” jelas Khodim.

Selain itu, PT Berau Coal juga memberikan jaminan pasar terhadap hasil panen para petani kakao. Baik dari pasar domestik maupun pasar luar negeri telah dijangkau. Bahkan terus berupaya melakukan perluasan pasar penjualan kakao tersebut.

Selain jaminan pemasaran, Berau Coal juga bantu pemberian bibit dengan bekerja sama dinas terkait. Dalam pemberian bibit kepada beberapa kelompok tani itu melalui seleksi. Mana yang layak mendapat bantuan bibit dari kolaborasi pihaknya dengan dinas terkait. 

“Yang jelas kelompok taninya harus aktif, juga sudah terdaftar. Termasuk lahan yang dimiliki memang yang cocok untuk tanaman kakao,” pungkasnya.

Berau Coal, khususnya Berau Cocoa, sejauh ini memang mendampingi petani dalam hal pascapanen. Jadi bibit biji kakao setelah selesai dipanen, tidak langsung di jemur. Tetapi harus melalui beberapa proses dulu, salah satunya difermentasi. Bukan hanya itu, pihaknya juga memberikan bimbingan bagaimana caranya memetik yang baik, bagaimana caranya memecah buah yang baik. 

“Sehingga kita memperoleh hasil yang baik, terutama dari sisi kualitas” tandasnya.

Kehadiran Berau Cocoa, diharapkannya dapat membangun ekosistem pengolahan kakao yang baik dan berkelanjutan. Dalam hal ini pihaknya pun berharap dengan kolaborasi yang dilakukan dari hulu hingga hilir, dari proses bibit sampai dengan panennya, para petani bisa terus semangat. Sehingga kontribusi yang diharapkannya yakni meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat bisa tercapai.

“Dengan sistem perekonomian seperti itu, maka petani akan bisa lebih ssejahtera dan tentunya berkelanjutan,” tutupnya. (*/Iqb)

Sumber: Berau.prokal.co, Rabu, 23 Maret 2022