DCIM\100MEDIA\DJI_0002.JPG

Senyum bahagia merekah dari wajah Purnomo. Petani asal Kampung Tasuk, Kecamatan Gunung Tabu, ini bersiap memanen hasil sawahnya. Rasa lelah atas jerih payah tiga bulan terakhir pun serasa hilang seketika.

Waktu masih menunjukkan pukul 07.00 Wita. Dengan baju hijau toska dan topi merah, Purnomo bergegas menuju sawah yang tak jauh dari rumahnya, di Kampung Tasuk.

Kali ini ia bersemangat pergi ke tempat kerjanya itu. Meski sebenarnya sehari-hari ia selalu pergi bersawah. Tapi kala ini tentunya berbeda. Memasuki panen adalah pemicu munculnya hormon semangat itu. Momen yang memang selalu ditunggu-tunggu oleh orang seperti dirinya. Usai menunggu tiga bulan lamanya.

Apalagi panen pertama pada tahun ini, menyimpan kesan berharga bagi ayah dua orang anak ini. Pasalnya, hasil panennya mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya. “Alhamdulillah memang hasilnya (panen, Red) lebih banyak,” kata Purnomo, ketika berbincang-bincang dengan Berau Post, Rabu (22/4).

Purnomo menginjakkan kaki di Bumi Batiwakkal –sebutan Kabupaten Berau- dan menetap di Kampung Tasuk sekitar 20 tahun lalu. Melihat besarnya potensi pertanian yang ada di Kampung Tasuk, pria asal Madiun, Jawa Timur, ini pun mencoba peruntungan membuka lahan pertanian. Apalagi ia sudah memiliki dasar bertani yang ia bawa dari kampung halamannya.

Hingga tak terasa, sampai saat ini Purnomo masih menggeluti profesinya sebagai seorang petani. Meski banyak orang di lingkungannya telah bekerja di perusahaan, namun ia merasa betah dengan apa yang ia lakukan sejauh ini. “Saya sudah senang menjadi petani begini. Meski banyak orang yang melihatnya capek, tapi saya selalu mensyukuri itu. Bagi saya, apa yang disyukuri akan terasa ringan,” ucapnya.

Apalagi kini Purnomo tak hanya sendiri. Ia memiliki banyak teman yang sama-sama bertani. Mereka telah membentuk sebuah kelompok tani yang jumlahnya empat kelompok. Dengan masing-masing kelompok memiliki anggota 20 hingga 30 orang.

Purnomo sendiri merupakan salah satu ketua dari empat kelompok tersebut. Tanggung jawab itu telah ia emban sejak 12 tahun silam. Sehingga semua keluhan dan persoalan yang dialami para anggota tani ditumpahkan pada dirinya.

“Teman-teman selalu cerita masalah-masalah mereka seperti apa. Kemudian, kami musyawarahkan dan cari solusinya bersama-sama,” tuturnya.

Seiring waktu, kelompok tani yang ada di Kampung Tasuk pun menjalin kerja sama dengan pihak PT Berau Coal, salah satu perusahaan pertambangan di daerah ini. Adanya kerja sama melalui program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM), ini bagi Purnomo dan teman-temannya sangat membantu. 

Selama ini, sebenarnya mereka sudah cukup terbantu dengan adanya bantuan dari pemerintah, melalui Dinas Peternakan dan Pertanian Berau. Namun, setelah adanya ‘campur tangan’ dari PT Berau Coal yang memberikan dampingan, membuat Purnomo dan petani-petani lainnya menjadi sangat terbantu.

Hasilnya pun mulai terlihat pada panen pertama tahun ini. Hasil panen padi sangat berlimpah. Bahkan bertambah hampir dua kali lipat dibandingkan biasanya. “Dulu sebelum ada pendampingan dari PT Berau Coal, biasanya dapatnya empat sampai lima ton. Setelah ada pendampingan, bisa sampai tujuh sampai delapan ton,” ungkapnya.

Tak hanya itu, kualitas padi pun menurut Purnomo lebih baik dibanding sebelumnya. Bibit-bibit yang disuplai PT Berau Coal kepada petani merupakan bibit unggul. “Bibitnya bagus dan kami petani sangat senang dapat dampingan PT Berau Coal,” terangnya sembari tersenyum.

Meningkatnya hasil panen ini, berdampak terhadap pendapatannya sebagai petani. Ia merincikan, penghasilannya dengan luas lahan empat hektare yang ia miliki. Per hektare mampu menghasilkan lima hingga delapan ton. “Satu kilogram itu harga jualnya Rp 4.800. Tinggal dikalikan saja lima ton. Kira-kira Rp 24 jutaan lah satu hektare,” ucapnya.

Namun bukan berarti hasil panen itu dijual semua. Hampir sebagian ia simpan di rumah untuk memenuhi kebutuhannya selama tiga hingga empat bulan ke depan, sambil menunggu masa panen selanjutnya, yang diperkirakan sekitar Agustus dan September nanti.

Purnomo pun berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada PT Berau Coal. “Selain memberikan pendampingan, Berau Coal juga membeli hasil panen kami. Orang petani seperti kami ini sudah pasti senang dengan apa yang diberikan pihak Berau Coal. Karena mereka telah membantu kami sepenuhnya,” beber Purnomo.

Di tempat terpisah, Community Development Manager PT Berau Coal, Hikmawaty menyampaikan, selama ini bantuan yang diberikan Berau Coal kepada petani binaan berupa benih padi unggul. Para petani juga mendapat konsultan padi dari Balai Besar Penelitian Padi Indonesia, Sukamandi, serta pendampingan dan pasar penjualan.

“Harapan ke depannya, semoga program ini bisa terus berlanjut diikuti petani lain sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Harapannya juga pemuda menjadi tertarik berusaha di sektor pertanian karena ini menguntungkan, sehingga sektor pertanian tidak hanya diisi orang tua, ada regenerasi di bidang pertanian,” tutur Hikmah.

Selain itu, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Berau masih relatif kecil untuk sektor pertanian, yakni sekitar 11 persen. Untuk mendukung program dan berkontribusi menaikkan PDRB Bidang Pertanian juga, Berau Coal saat ini tengah kembali menjalankan program pelatihan pertanian organik untuk perwakilan pemuda pemudi Kabupaten Berau di Cianjur.

Deputy Director Operations Support & Relation PT Berau Coal, Gatot Budi Kuncahyo menyatakan, Berau Coal selalu mendukung ketahanan pangan untuk keberlangsungan masyarakat. “Ketahanan pangan penting untuk kondisi seperti ini, saat wabah corona melanda, PPM Berau Coal memiliki komitmen untuk mendukung program Pemkab Berau dalam  membangun ketahanan  pangan,” kata Gatot. (*/har)

Sumber: Berau Post edisi Kamis, 23 April 2020