Rapi saat pergi mengajar. Berlumpur usai bersawah. Itulah keseharian Darwis selama ini. Siapa sangka, kalau dua pekerjaan berbeda ini telah dilakoninya selama sepuluh tahun terakhir.

Maret dan April merupakan bulan berkah bagi para petani. Para petani mulai memanen hasil jerih payahnya, selama tiga hingga empat bulan terakhir. Hal ini pula yang dirasakan Darwis saat ini. Pria yang bermukim di Kampung Samburakat, Kecamatan Gunung Tabur. Darwis baru saja memanen hasil sawahnya, seluas kurang lebih satu hektare.

Menjadi petani diakuinya sudah digeluti selama 10 tahun terakhir. Di samping pekerjaan utamanya sebagai guru sekolah dasar (SD) di Kampung Samburakat. “Sebelumnya saya juga pernah jadi tukang becek hingga kerja di perusahaan kayu,” ucapnya saat berbincang dengan awak media ini, beberapa waktu lalu.

Awal mula Darwis membuka lahan pertanian dan mencoba peruntungan sebagai petani, saat ia pindah rumah dari Tanjung Redeb ke Kampung Samburakat. Baru beberapa lama pindah, kebetulan salah seorang warga setempat menawarkan dan menjual lahan seluas satu hektare kepada dirinya kala itu. Lokasi lahan yang berada tak terlalu jauh dari rumahnya membuat ia tertarik dan membelinya.

Kondisi lahan saat itu, disebutnya masih berupa rawa. Sehingga terlintas di pikiran ayah tiga orang anak ini untuk menjadikannya ladang sawah. Apalagi menurutnya lahan tersebut cukuplah subur. Sehingga potensi bercocok tanam padi sangatlah besar.

Di sisi lain, profesi petani sendiri bukanlah hal baru bagi Darwis. Pasalnya, kedua orangtuanya dahulu merupakan petani di kampung halamannya, di Sulawesi Selatan.   “Bapak ibu saya di kampung merupakan petani. Makanya saya tahu sedikit banyak tentang bertani,” katanya.

Usai membeli lahan tersebut, Darwis pun mulai melakukan pematangan dan mengolah lahannya menjadi sawah. Kesehariannya sebagai seorang guru, diakuinya tak menjadi masalah. Tak ada jam kerja bagi seorang petani, membuatnya bisa membagi waktu dengan baik.

Pulang mengajar sekira pukul 14.00 Wita, ia hanya istirahat sebentar di rumah. Kemudian lanjut bekerja di sawah. Berjarak 100 meter dari belakang kediamannya. “Meski saya juga bekerja sebagai guru, niat awal saya bertani ini untuk memenuhi kebutuhan beras,” ucapnya.

“Karena paling tidak, gaji dari saya mengajar tidak perlu lagi saya belikan beras. Dan bisa saya manfaatkan untuk hal penting lainnya,” lanjut pria 41 tahun ini.

Hingga tak terasa sampai sekarang, Darwis mampu menjalankan dua pekerjaan berbeda. Menjadi seorang guru dan petani. Selama dalam kurun waktu 10 tahun terakhir bertani,  Darwis mengaku terjadi perubahan terhadap hasil panennya tahun ini. Di mana telah terjadi peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Perubahan tersebut ternyata tak terlepas dari pendampingan PT Berau Coal kepada dirinya. Meski pendampingan tersebut baru dimulai pada awal tahun. Namun, dampaknya ternyata sudah ia rasakan pada masa panen kali ini. “Biasanya saya panen itu hanya 70 sampai 80 karung. Tapi panen kali ini saya bisa tembus sampai 110 karung. 70 sampai 80 karung itu bisa 4 sampai 5 ton beras,” tutur Darwis.

Pada awal didampingi PT Berau Coal, Darwis menyebut dirinya mendapatkan bantuan bibit unggul padi dan pupuk. Sehingga ia merasa itulah menjadi salah satu penyebab, hasil panennya meningkat awal tahun ini. “Kebetulan cuaca juga saya rasa sangat mendukung. Hama tikus juga tidak ada,” tuturnya.

Pendampingan yang diberikan tak sampai di situ. PT Berau Coal juga turut membeli hasil panennya. Sehingga, permasalahan pemasaran yang selama ini ia dan teman-temannya hadapi, kini sudah tak menjadi masalah.

Darwis pun berharap kerja sama antara petani dan PT Berau Coal bisa terus terjalin. Sehingga bisa membantu menyejahterakan para petani seperti dirinya. “Tentu saya ingin berterima kasih kepada pihak Berau Coal yang telah membantu. Dan berharap bisa terus bekerja sama seperti ini,” ucapnya.

Hal serupa juga turut disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau, Mustakim. Ia menyebut, program pendampingan yang dijalankan PT Berau Coal terhadap para petani di wilayah binaan perlu didukung.

Melalui pendampingan, para petani kian bersemangat. Karena merasa banyak pihak yang memperhatikan profesi petani. “Apalagi produksi petani juga makin meningkat. Selama ini rata-rata hasil panen satu hektarenya hanya 4,5 ton. Sementara di wilayah binaan PT Berau Coal bisa 8 ton,” tuturnya.

Dengan meningkatnya hasil panen petani, maka efeknya terhadap dunia pertanian di Berau pun kian besar. “Dari meningkatkan motivasi bagi kaum petani muda, hingga perekonomian para petani yang cukup menjanjikan,” ujarnya.

Meningkatnya produktivitas ini akan berdampak pada stok pangan di Bumi Batiwakkal -sebutan Berau. Ia mengutip informasi dari Dinas Pangan Berau, pada periode Januari sampai April 2020, hasil panen padi di Berau berkisar 12 ribu ton gabah kering panen. “Dengan jumlah itu tadi, stok pangan Berau cukup sampai empat bulan ke depan,” terangnya.

Tingginya produktivitas panen padi kali ini, diharapkan mampu membuat Berau menuju swadaya beras. Sehingga tidak bergantung lagi dengan luar daerah.

Karena itu, ia pun berkeinginan agar PT Berau Coal bisa terus memberikan pendampingan kepada para petani di Berau. Tak hanya bagi petani di kampung dampingan, melainkan kampung yang menjadi sentra pertanian di Berau. “Ke depan kami sangat mengharapkan pendampingan Berau Coal bisa terus memberikan berbagai inovasinya kepada para petani,” katanya.

Di tempat terpisah, Community Development Manager PT Berau Coal, Hikmawaty menyampaikan, Program Pengembangan Pertanian Padi Sawah yang dijalankan pihaknya saat ini, merupakan salah satu program unggulan ekonomi PT Berau Coal.

Dijelaskannya, program ini melihat potensi lahan sawah yang luas di wilayah kampung sekitar operasional Berau Coal. Namun belum dikelola secara optimal oleh petani. “Karena produksi yang rendah dan tidak bisa dijadikan penghasilan utama petani,” katanya.

Becermin pada hal tersebut, PT Berau Coal pun bersinergi dengan Pemkab Berau melalui Dinas Pertanian Berau. Agar bersama-sama melakukan pendampingan kampung, salah satunya Kampung Samburakat.

Di mana pihak Dinas Pertanian menyediakan pendampingan teknis melalui PPL yang handal serta alat mekanisasi pertanian. “Sementara kami PT Berau Coal menyediakan benih unggul untuk meningkatkan produksi petani dan jaminan pasar dengan membeli gabah basah petani,” tuturnya.

Ke depannya, Hikmawaty berkeinginan agar sektor pertanian menjadi pilihan masyarakat Berau, terutamanya kaum muda. “Pertanian ini dapat dikembangkan dan Berau menjadi mandiri secara pangan ke depannya,” jelasnya.

Sumber: Berau Post edisi Senin, 4 Mei 2020