GUNUNG TABUR- Demi tujuan meningkatkan pembangunan secara berkelanjutan yang mandiri, Yayasan Dharma Bhakti Berau Coal (YDBBC) selaku pengelola corporate social responsbility (CSR) PT Berau Coal melaksanakan sinkronisasi program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM).

Secara bertahap, PPM dimulai dari kampung-kampung dampingan yang masuk wilayah ring satu atau yang bersinggungan secara langsung dengan operasional Berau Coal seperti yang digelar di Kantor Kecamatan Gunung Tabur, Jum’at lalu (29/1).

Dalam acara yang dibuka oleh Camat Gunung Tabur Nazaruddin ini, juga dihadiri oleh empat staff dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta kepala Kampung Birang, Tasuk, Maluang, Sambakungan dan beberapa tokoh masyarakat.

Plan and Development Program CSR, Akhid Yusron Riyadi, menjelaskan sinkronisasi program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat ini dilakukan secara rutin, ini untuk mengetahui program, apa yang benar-benar dibutuhkan masyarakat bukan yang diinginkan demi terwujudnya pembangunan berkelanjutan secara mandiri kedepannya.

Menurutnya mekanisme tahun ini sedikit mengalami perubahan, jika awalnya satu kecamatan langsung mendapat pembenahan semua, sekarang akan dilakukan secara bertahap terutama kampung-kampung  yang bersinggungan langsung dengan operasional tambang Berau Coal.

Kemudian, sejak lama warga juga telah diberitahukan bahwa ijin operasional Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) PT Berau Coal yang masuk dalam generasi pertama  akan berakhir pada 2025, ini juga harus menjadi catatan bagi masyarakat, bahwa Berau Coal tidak selamanya ada.

“Untuk itu tolong dipikirkan, kira-kira apa yang akan kita bangun dikampung jika tambang ini sudah tidak ada. Kira-kira kita masih punya waktu 10 tahun, untuk membangun ekonomi berkelanjutan di kampung tersebut, jangan sampai tambang ini sudah berakhir tapi tidak ada ekonomi berkelanjutan,” ungkap Akhid.

Untuk membangun ekonomi berkelanjutan diperlukan Sumber daya manusia (SDM) yang baik. karena itu SDM sangatlah penting hingga sekarang harus mulai mengarah kepada kualitas.

“Jika tahun kemarin kita hanya berbicara kuantitas atau jumlah, sekarang harus kualitas sehingga kedepannya lebih baik. Selain itu nilai keagamaan dan nilai sosial juga penting untuk masyarakat guna menjalankan program yang ada,” ujarnya.

Sementara itu, setelah mempunyai gambaran garis besar pada kampung ring satu atau di wilayah pertama ini baru akan dilakukan pengaturan jadwal sinkronisasi selanjutnya untuk kampung ring dua dan tiga.

Sinkronisasi PPM ring satu telah dilaksanakan dari 26 hingga 29 Januari 2016 dengan kampung dampingan antara lain Suaran, Rantau Panjang, Pegat Bukur, Inaran, Bena Baru, Sei Bedungun, Gunung Panjang, Tumbit Melayu, Rinding, Tasuk, Birang, Maluang, Sambakungan, Tumbit Dayak dan Long Lanuk. FSO