PT-Berau-Coal

PT Berau Coal menjadi satu-satunya tim dari 21 tim peserta 6th Indonesian Fire and Rescue Competition (6th IFRC) yang berhasil menuntaskan penyelamatan terhadap korban di nomor High Angle Rescue (HAR).

Skenario nomor perlombaan HAR kali ini adalah menyelamatkan dua korban di atas gedung dengan ketinggian bangunan sekitar delapan meter. Satu korban tidak sadarkan diri dan satu korban lain masih sadar.

Delapan personel rescuer dan medik, diminta menurunkan kedua korban dari atas gedung dengan cara mencapai atap gedung terlebih dahulu.

Panitia menyiapkan peralatan evakuasi berupa tali dan peralatan pendukung penyelamatan.

Langkah pertama, beberapa dari mereka harus naik ke gedung menggunakan tali panjat yang sudah terpasang. Setelah memberikan pertolongan di atas gedung, tim harus menurunkan korban dengan selamat ke bawah.

Setiap tim yang akan melaksanakan tantangan di nomor ini baru diberi tahu skenario kecelakaan dan peralatan yang disiapkan pada saat mereka sampai di lokasi. Sebelumnya, semua tim tidak ada yang tahu tantangan apa yang harus mereka tuntaskan.

Setiap tim diberi waktu selama 40 menit. Dimulai dengan briefing hingga debriefing setelah mereka menurunkan korban dan semua tim rescuer berhasil turun dari atas gedung.

Dari 21 tim yang bertanding pada dua hari, Minggu dan Senin (13-14 Oktober) kemarin, ternyata hanya satu tim saja yang berhasil melakukan proses evakuasi hingga debriefing.

“Jadi, bila mereka sampai melakukan debriefing itu artinya tuntas. Kalau rescuer-nya masih ada yang di atas dan waktu habis, itu tidak tuntas,” ujar Head Assessor (Ketua Tim Penilai) Andi Henry kepada Airspace Review di lokasi lomba, Gedung Jurusan Keselamatan Penerbangan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Tangerang, Senin malam.

Lomba dilaksanakan selama dua hari dengan pembagian hari pertama sebanyak 10 tim dan hari kedua sebanyak 11 tim. Hari kedua, lomba berlangsung hingga malam hari dengan dibantu lampu penerangan.

“Hanya satu tim yang komplit menyelesaikan nomor lomba ini. Yaitu PT Berau Coal,” jelas Andi.

Dua korban berhasil mereka evakuasi dari atas gedung dan dituntaskan dengan debriefing.

“Catatan waktu mereka adalah 39 menit dari 40 menit yang disediakan,” tambah mantan rescuer selama 20 tahun di dua perusahaan tambang besar ini.

“Sedangkan yang tidak komplit, artinya mereka berhasil menurunkan dua korban tapi tidak dituntaskan dengan debriefing ada dua tim. Yaitu PT Pama Persanda Nusantara dan PT Darma Henwa,” terangnya.

Kemudian, ada dua tim lain yang berhasil mengevakuasi hanya satu korban. Yaitu PT Freeport Indonesia dan PT Arutmin Indonesia.

Ditanya mengenai kendala yang dihadapi para tim untuk menyelesaikan tantangan ini, Andi menjelaskan bahwa kesulitan pertama adalah naik ke atas gedung menggunakan tali.

Untuk hal ini seorang rescuer dituntut punya pengalaman melewati rintangan, karena sebelum sampai ke atas gedung harus melewati batas teras gedung.

Tim yang fit, ujarnya, mulai terlihat dari kemampuan mereka naik menggunakan tali. Namun tidak dipungkiri, bisa juga tim kelelahan karena sebelum melaksanakan nomor lomba HAR, di hari yang sama tim juga melaksanakan dua lomba lainnya yaitu Road Accident Rescue (RAR) dan Aircraft Rescue and Fire Fighting (ARRF).

Tapi, ujarnya lagi, hitungan tiga lomba dalam satu hari itu sebenarnya lumrah dilaksanakan pada kompetisi IFRC tahun-tahun sebelumnya.

“Kuncinya adalah di koordinasi dan kesiapan fisik mereka. Untuk mengikuti kompetisi ini, ada tim-tim yang memang mempersiapkan diri beberapa bulan sebelumnya sehingga mereka siap betul,” pungkas Andi.

 

Sumber: www.airspace-review.com