HASIL DAMPINGAN: Salah satu wujud komitmen PT Berau Coal dengan menginisiasi program pemberdayaan bagi warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) Lati, melalui budidaya Madu Kelulut.

PADA tahun 2022, PT Berau Coal telah menginisiasi pengembangan pemberdayaan terhadap Komunitas Adat Terpencil (KAT) Lati, melalui pengembangan budidaya Madu Kelulut sebagai upaya mengatasi kendala kelangkaan madu hutan di luar musim produksinya.

Komunitas Adat Terpencil (KAT) menjadi bagian sejarah panjang dengan budaya yang kaya akan kearifan lokal. Komunitas ini merupakan komunitas adat dari suku Dayak Punan Basap, salah satu suku asli Kalimantan, di Kabupaten Berau. Sebagian sub suku dayak ini tinggal di area Lati, Kampung Sambakungan, yang merupakan area lingkar operasional PT Berau Coal.

Salah seorang pelopor budidaya madu kelulut dari KAT Lati, Puluk, mengatakan keseharian mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup selama ini, yakni dengan bergantung pada hasil alam, seperti berburu, memancing, serta mengandalkan produksi dan penjualan madu hutan. 

“Kami itu taunya hanya berburu, memancing. Dulu kami tidak ada rumah, ada itu pun rumah kayu. Atapnya pun atap daun,” ujar Puluk.

Proses adaptasi warga KAT Lati dengan kehidupan barunya mulai dari segi kesehatan, sosial, pendidikan dan ekonomi, menjadi isu yang penting untuk mendapatkan perhatian dan pendampingan. PT Berau Coal Site Lati dalam hal ini, hadir sebagai perusahaan yang berkomitmen memberikan kontribusi dan mendukung program pemerintah daerah, dalam penyelesaian masalah sosial serta memajukan aspek hidup masyarakat warga KAT Lati.

Salah satu bentuk wujud komitmen tersebut dilakukan dengan melakukan program pemberdayaan KAT Lati. Program ini berupa pendampingan kelompok pemanen madu hutan dengan beberapa aktivitas program. Di antaranya pelatihan dan edukasi panen madu lestari, pengadaan sarana dan prasarana prosesing panen madu hutan, edukasi panen madu yang aman, serta pengembangan budidaya madu kelulut.

Dalam pengelolaan madu hutan, warga KAT juga telah dibantu pendampingan oleh PT Berau Coal. Namun, ada kalanya ketersediaan madu hutan bersifat musiman, tidak selalu bisa dipanen.

Diakui Puluk, PT Berau Coal melalui program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) KAT Lati, melakukan budidaya Madu Kelulut penyokong produksi madu yang berkelanjutan. Sehingga produksi madu tidak lagi bergantung musim, dapat dipanen secara berkala, lebih banyak masyarakat yang terlibat, aksesnya lebih mudah dan minim risiko.

“Salah satu usaha kami memang madu alami atau madu hutan. Risiko memang lebih berat. Selain itu, kalau madu hutan kita harus menunggu lama, 2 tahun sampai 4 tahun baru bisa ada,” jelasnya.

Dengan adanya kendala tersebut, sejak akhir 2021 dan efektif pada tahun 2022, PT Berau Coal menginisiasi pengembangan pemberdayaan KAT Lati melalui pengembangan budidaya Madu Kelulut, sebagai upaya mengatasi kendala kelangkaan madu hutan di luar musim produksinya.

Adapun kegiatan pengembangan budidaya Madu Kelulut ini mulai dari kegiatan pemeliharaan lebah madu kelulut, kegiatan pecah koloni untuk perbanyakan kegiatan pemanenan, dan kegiatan konservasi penanaman tanaman bunga sumber pakan lebah Madu Kelulut. Budidaya Madu Kelulut ini dinilainya lebih bagus, karena bisa dilakukan di sekitar rumah daripada harus mencari ke hutan yang mempunyai risiko, yang lebih berbahaya.

“Kami juga sudah ikut pelatihan budidaya Madu Kelulut, mulai dari cara memecah koloninya. Bahkan bunganya pun dari pihak Berau Coal, semua didukung,” terangnya.

Dari pelatihan yang sudah diikutinya, kemudian dipraktikkan di kampungnya, dia bersyukur dan mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak Berau Coal yang selama ini sudah cukup banyak membantu. Bahkan hingga pemasarannya, Berau Coal pun siap mendampingi. Mereka merasa tidak kesulitan lagi, karena bisa dibudidaya di sekitar rumah.

“Kami bersyukur dan harapannya ke depan dampak ekonomi warga KAT Lati bisa meningkat. Itulah juga yang saya harapkan,” tuturnya.

Selain dibantu pengembangan budidaya Madu Kelulut, masyarakat KAT Lati juga telah didampingi oleh PT Berau Coal sejak lama, mulai dari penyediaan hunian yang layak, penyediaan fasilitas air bersih, listrik, pendidikan untuk anak-anak, dan sejumlah fasilitas pendukung lainnya. Menurutnya, tanpa dukungan dari Berau Coal kepada masyarakat KAT, mungkin dirinya dan keluarganya masih hidup di hutan untuk bertahan hidup.

Kegiatan pemberdayaan KAT ini dijelaskan Community Development Manager PT Berau Coal, Hikmawaty, selaras dengan rencana pascatambang untuk kegiatan sosial, yakni mendorong kemandirian masyarakat tanpa terkait dengan tambang. Program tersebut merupakan wujud konsistensi PT Berau Coal dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup dan program inovasi sosial, dalam mendorong kemandirian masyarakat KAT di lingkar operasional PT Berau Coal.

“Sehingga mengantarkan Berau Coal kembali menerima penghargaan Proper Emas,” terang Hikmawaty.


Sumber: Berau.prokal.co