c

JAKARTA, 21 Oktober 2015 – Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan PT Berau Coal Energy Tbk. (BRAU) menyetujui beberapa agenda pokok, antara lain berupa persetujuan laporan tahunan 2014, penetapan auditor dan perubahan penggunaan dana hasil penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) dan perubahan Anggaran Dasar Perseroan untuk memenuhi ketentuan dalam Peraturan OJK No. 32/POJK.04/2014 dan No. 33/POJK.04/2014. Perubahan sisa dana hasil IPO digunakan untuk mendukung pembelanjaan modal yang diperlukan guna menunjang rencana bisnis perseroan ke depan.

Perseroan akan mengutamakan pengembangan pada site tambang dengan biaya operasional yang lebih rendah dan margin keuntungan yang cukup tinggi. “Perubahan rencana penggunaan sisa dana IPO diperlukan untuk menyesuaikan kondisi bisnis kedepan dan akan difokuskan untuk pengembangan bisnis perseroan dengan mengedepankan efisiensi,” tutur Arief Wiedhartono, Direktur Independen BRAU.

Menurut  Arief, dana IPO BRAU hingga 30 September 2015 telah digunakan Rp722,32 miliar, sehingga masih ada sisa dana IPO sebanyak Rp 346 miliar yang akan dialokasikan penggunaannya  pada penambahan modal kerja BRAU dan anak Perusahaan BRAU.

Sisa dana IPO digunakan pengembangan usaha, meliputi peningkatan kapasitas fasilitas pengolahan batubara, loading conveyor dan hauling road di Lati, Binungan, dan Sambarata, serta investasi penambahan 2 unit tug & barge sehingga total menjadi 8 unit tug & barge.

“Berau Coal telah membangun fasilitas peningkatan kapasitas produksi di Binungan dan Suaran, melakukan pengadaan unit hauling coal dan unit alat berat, serta pengaturan kembali kantor pusat dan fasilitas pendukung,” kata Arief.

Dana pembelanjaan modal digunakan pula untuk pembangunan terminal batubara di Suaran sebesar Rp 69,45 miliar, pembangkit listrik tenaga batubara di Suaran Rp 5,03 miliar, dan pembelian fasilitas transhipper Rp 10,45 miliar .

RUPS Tahunan tersebut juga menyetujui sisa dana IPO dialokasikan untuk penambahan modal kerja perseroan dan anak perseroan kedepan sebesar Rp 346 miliar, ungkap Arief Wiedhartono.

 

Kinerja Perseroan

DSC_1640

Selama 2014, Manajemen Perseroan terus melakukan upaya inovasi dan efisiensi untuk penurunan biaya dalam menghadapi tantangan trend batubara yang terus menurun. Upaya tersebut  antara lain berupa prioritas produksi pada pit tambang yang memiliki nilai ekonomis yang lebih besar seperti Binungan blok 8 dan Sambarata B East.

Upaya yang lain untuk menurunkan biaya dilakukan dengan  negosiasi dengan kontraktor untuk penurunan biaya produksi, dan penambahan supplier bahan bakar untuk mendapat harga yang lebih kompetitif. Hal tersebut dilakukan untuk peningkatan kinerja perusahaan, fokus yang sama juga dilakukan selama tahun 2015.

Produksi batubara PT Berau Coal (BC), anak usaha BRAU,  tahun 2014 kurang lebih 24.2 juta ton dihasilkan dari tambang Sambarata 5 Juta MT,tambang Binungan 9,3 Juta MT dan tambang Lati sebanyak 9,9 Juta MT. Pemasaran produk batubara BC,  16% diserap oleh kebutuhan domestik dalam negeri, 84% untuk penjualan ekspor dengan tujuan utama China, Taiwan, India dan negara Asia lainnya.

Perseroan selama tahun 2014 mencatatkan penurunan biaya beban pokok penjualan berhasil diturunkan dari $47,1 ke $44,4 per ton. Namun, pendapatan penjualan menurun 4%, disebabkan oleh penurunan harga batubara dari $61 per ton, menjadi $55 per ton.

Perseroan berhasil menurunkan tingkat rugi bersih 50,25% dari rugi bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 170,7 juta menjadi senilai US$ 84,9 juta pada 2014. Penurunan kerugian disebabkan oleh penurunan pada beban umum dan administrasi, beban jual dan pemasaran batubara dibandingkan dengan 2013. Keuntungan selisih kurs dan penyisihan atas penurunan nilai aset dan kerugian lainnya juga menopang penurunan rugi bersih perseroan.